Monkey Seoul and Mokpo Fish make me crazy part 7


MONKEY SEOUL AND MOKPO FISH MAKE ME CRAZY

PART 7


Main Cast
- Shin Eunhee or You
- Lee Hyuk Jae and Lee Donghae
-and Other cast

genre: romance, life school, AU, Comedy *sekecil upil :D

PG: 16


Makasih ya yang sudah baca FF mimin, dan gomawo.. gomawo.. gomawo.. yg udah koment FF ini..
gak usah lama-lama, cekidot!



#Author POV
“Donghae, kau tidak salah bicarakan?” Chae rim masih tidak percaya. Pasalnya, dialah yang menyuruh Eunhee pindah tapi ia sendirilah yang disuruh memindahkan bangku Eunhee disamping Eunhyuk dan Donghae.




Pelajaranpun berlangsung, sebagian murid sibuk mencatat dan lainnya mendengarkan penjelasan Jung Songsaenim.
eunhee. ia sudah kembali ketempatnya. Tidak jadi pindah.
Sedari tadi ia duduk diam karena merasa tidak nyaman, rasanya kaku berada disamping Eunhyuk dan Donghae. mau menolehpun rasanya segan, makannya ia tetap meluruskan pandangannya kedepan.

Eunhyuk dan Donghae menyadari ke-kakuan diantara mereka, keduanya masih memilih membungkam mulutnya masing-masing.


Eunhyuk berkata dalam hati ‘dasar munafik! Eunhyuk, kau munafik sekali. didepannya kau bersikap cuek tetapi tanpa sepengetahuannya, diam-diam kau peduli padannya. tidak ingatkah apa yang kau lakukan kemarin? *minggu pagi* aish! Kenapa aku bisa seperti ini? sejak kapan aku memiliki sifat seperti ini?’

Donghae pun sama, ia mengerutuki dirinya sendiri
‘yak! Ada apa denganku? aku ini plin plan sekali, kadang aku bersikap cuek seolah-olah tidak perduli padannya. tapi kemarin-malam-dan sekarang, aku malah melakukan hal yang sebaliknya. Kenapa aku jadi begini?’


‘semua ini gara-gara yeoja tengik itu! ya Shin Eunhee, beraninya kau memainkan perasaanku.’



---------------------------------------- pulang sekolah ----------------------------------------------


#Eunhee POV
akhirnya pulang juga, seharian ini aku merasa tidak mood sekolah. Belajarpun tidak bisa konsenterasi karena kedua namja gila itu.
Aku keluar kelas paling terakhir, aku berjalan sambil menundukan kepalaku kebawah. Entah mengapa aku suka melakukannya hari ini.

“eunhee” seru Young Ri dan jae in. Akupun menoleh kebelakang.
“kenapa meninggalkan kami?: bukankah katamu kita pulang bareng?” Jae in memanyunkan bibirnya.
aigoo, aku sampai lupa kalau kita akan pulang bareng.
“aku lupa Jae in, yasudah. Kajja kita pulang!” kugandeng lengan Jae in dan Young Ri.

Sindiran itu datang lagi, bukan dari geng nya Chae Rim. Tetapi sepertinya dari kelas lain.
“ckck.. kumpulan yeoja kampung lewat”
“hahahahaa”
“mengelikan sekali mereka, yang ujung jelek, yang tengah kemenelan, dan terakhir kampungan”
“hahahaa..”

Apa-apaan mereka, kenapa Jae In dan Young Ri ikut-ikutan dibully? Mereka boleh mengejekku, tapi tidak sahabatku!
Aku melepaskan gandenganku lalu menghampiri yeoja-yeoja itu. hatiku sudah geram, dari tadi pagi banyak yang mem-bully Young Ri dan Jae in. Aku tidak terima itu.
Saat ini hanya Young Ri dan Jae In lah yang masih setia ada disampingku, jadi untuk yang satu ini aku tidak mau tinggal diam.
kutatap tajam mereka “kau punya masalah apa dengan Young Ri dan Jae In eoh!” bentakku. Kulihat wajah mereka sangat terkejut dengan sikapku tadi. Masa bodo, aku tidak perduli.
akupun berkata lagi “jangan beraninya bicara dibelakang, itu hanya berlaku untuk seorang Pecundang!” kuberikan penekanan dikata terakhir.
Salah satu dari mereka berdiri lalu mendorong kedua bahuku, bisa dilihat dari wajahnya dia sangat marah.
“hei murid baru, beraninya kau seperti itu pada orang yang lebih tua! Ucapanku itu benar, kau itu yeoja kampung! Lihat saja dirimu, apa sudah pantas dengan Eunhyuk dan Donghae eoh?”

Aku terdiam. Ucapan yeoja ini benar, ‘apa aku pantas dengan Eunhyuk dan Donghae?...........’

“kau tidak bisa jawab eoh? mengelikan sekali dirimu.”
“hahahaa..”

Ya, aku memang tidak pantas dengan mereka. aku mendongkah kepalaku menatap lekat matanya.
“aku memang tidak pantas dengan mereka. tapi lebih tidak pantas lagi kalau mulut busukmu menghina sahabatku!” kutarik kerah yeoja itu dan meremasnya kuat.
“kau pikir kau sudah sempurna eoh?!” seruku, kurasa urat-urat dileherku hampir keluar karena teriakanku.

Young Ri menarik tanganku.
“sudahlah eunhee, biarkan saja” ucapnya. Aku berusaha memberontak, namun Jae In juga ikut menarik tanganku. Ya, tenaga mereka besar. aku cukup kewalahan untuk terlepas dari genggaman mereka.
“lepaskan aku Young Ri-ah, Jae in-ah. Mereka itu pecundang! Aku tidak terima kalian dibully seperti tadi”
Aku mulai menjauh dari kerumunan yeoja-yeoja jahat itu. Young Ri dan jae in masih menarikku sampai depan sekolah.


Kami berdiri didepan sekolah, aku melepaskan pelan genggaman mereka “mianhae Young Ri-ah... Jae In-ah..” ucapku sambil menatap sendu mereka secara bergantian.
“gwenchana.. aku sudah bilang padamu. Aku sudah terbiasa dibully seperti ini” Young Ri tersenyum manis padaku.
“ne, ucapan seperti itu tidak mempan bagiku” timpal Jae In. Aku hanya bisa menunduk, mereka baik sekali..

Tapi, ini semua akulah penyebabnya. Karena masalah ini mereka ikut terbawa-bawa. Aku tahu walaupun diluar Young Ri dan Jae in terlihat baik-baik saja tapi tidak dengan hatinya. Mereka pasti sedih jika dibully seperti itu. aku tahu bagaimana rasanya...


Apa sekarang waktunya?... pergi dari sini dan kembali ketempat dimana seharusnya aku berada.... Taiwan. Disana ada appa, eoma, sahabat-sahabat, dan Sungmin oppa.
Sedangkan disini, aku merasa seperti tinggal sendiri...



@rumah, kamar Eunhee

Aku berdiri dibalkon kamarku, kulihat pemandangan diluar sana. pemandangan sore hari tak kalah indah dengan pagi hari. Kuhirup udara dalam-dalam, hmm... sejuk.
hari ini rumah sepi sekali, hanya ada aku disini. 2 namja itu belum pulang, ya mereka masih marah padaku. ya sudahlah, toh sebentar lagi aku akan pergi dari sini.


Flashback
Setelah sampai dirumah, aku langsung kekamarku dan men-charge ponselku karena lowbat.
Aku duduk dimeja belajarku lalu mengambil 2 buah kertas dari buku tulis dan sebuah pena. Aku sudah memikirkan hal ini sejak pulang sekolah. Ya, aku akan membuat 2 buah surat untuk Eunhyuk dan Donghae. selama ini aku tidak bisa bertemu dengan mereka, kalau bertemupun aku tidak bisa bicara dengan mereka. entah mengapa rasanya sulit sekali mengerakan bibir ini serasa ada yang menahan lidahku.

Aku mulai merangkai kata, kadang aku senyum-senyum sendiri, kadang aku kesal, dan bahkan aku sampai meneteskan air mata. aish, aku hanya menulis surat saja sampai se-lebay ini. ckck..

Kulipat kedua kertas itu dan masing-masing aku beri nama, agar tidak binggung waktu memberikannya.
kulirik ponselku sekilas, sudah bisa untuk menelfon tidak ya? ah, pasti sudah bisa.
kuambil ponselku lalu kucari kontak eoma dan kutelfon dia.

......................

“eoma! “seruku begitu mendengar suara wanita paruh baya yang tidak lain adalah eomaku.
“waeyo Eunhee? Tumben kau telfon”
“eoma... eoma jemput aku dibandara incheon ya..” kataku to the point
“wae? apa terjadi sesuatu disana?”
“aniya. Tapi, hmm... Aku tidak bisa ceritakan lewat telfon, kita ketemu eoma. Jebal”
“ne, kapan?”
“sekarang eoma..”
“sekarang? Hmm.. bagaimana ya, eoma tidak tahu bisa atau tidak. soalnya eoma ada rapat penting”
“aku maunya sekarang eoma, jebal. “
“akan eoma usahakan, tapi eoma tidak janji”
“gomawo eoma! Saranghae!” seruku.

Aku putuskan pangilan telfon, rencana 1 & 2 sudah, sekarang rencana ke3. Aku bangkit keluar dari kamar menuju dapur.
Kubuka pintu kulkas, kuintip freezer yang berisikan aneka daging. Walaupun pembantu rumah tangga sudah memasakan makanan untuk makan siang, tapi aku ingin masak makanan untuk 2 namja itu. setahuku Eunhyuk suka pisang dan susu strawbery dan Donghae suka seafood. Masak apa ya?....

Aha! Aku tahu.
Kukeluarkan ikan dari freezer dan susu strawberry dingin. Kutaruh aneka buah dimeja, termasuk pisang disana.
Aku mulai memotong bawang, cabai, paprika, dll.


Flashback End




Aku berdiri didepan cermin, memastikan pakaianku sudah rapih. Hari ini aku memakain baju dimana aku pertama kali datang kerumah ini. ya, sekarang aku mau kebandara Incheon. Aku tidak membawa barang-barang kesana, kecuali ponsel dan beberapa lembar uang. Semua baju-baju, tas, sepatu yang ada dikamar ini milik Lee ajjushi, bukan milikku. Jadi aku tidak membawa koper kesana.

aku menarik nafas dalam dan mengeluarkannya cepat, kenapa rasanya aku tidak ingin pergi dari sini? ada sesuatu yang menahan hatiku untuk tidak meninggalkan rumah ini? aku melihat sekeliling kamarku. Inilah tempatku hidup selama aku ada diseoul, mungkin kalau aku tidak bertemu dengan Lee ajjushi aku tidak akan bisa menikmati masa-masa sekolah, hidup ditempat yang nyaman, makan, dan menghabiskan waktu dengan Eunhyuk dan Donghae. tidak kusangka aku akan bertemu lagi dengan mereka setelah beberapa tahun yang lalu. Tapi kini, aku harus berpisah lagi dengan mereka. ah, mengapa waktu berlalu begitu cepat?

Aku keluar dari kamar ini, membawa 2 buah kertas yang kugenggam erat ditanganku.
Kubuka pintu kamar Eunhyuk perlahan, kamar ini sepi karena tidak ada penghuninya.
Aku masuk kedalam sambil melihat-lihat isi kamarnya, mengingat detail setiap titk sudut apa yang ada disana agar aku tidak bisa melupakan tempat ini.
Pandanganku terhenti pada sofa disana, aku tersenyum kecil. Aku jadi teringat waktu aku menemaninya menonton kartun ‘One Piece’. Ah, itu bukan menonton kartun, tapi menontoni kesedihannya waktu ia teringat dengan eomanya. dasar monyet seoul.. oh iya, waktu itu ia juga berhasil membuat aku terkejut setengah mati saat membangunkannya untuk kesekolah. Dasar monyet mesum!
Sudahlah, sebaiknya aku tidak usah lama-lama dikamar ini. lebih baik aku taruh saja surat ini.
kuletakan kertas ini diatas meja belajarnya dengan ditimpal sebuah bolpen agar tidak terbang ataupun terjatuh.

Semoga kau membacanya monyet seoul...............




Aku beralih kekamar Donghae, kamar ini rapih. Bukan karena dia yang merapihkannya, tapi pembantu rumah tangga yang merapihkanya tadi pagi.
aku tersenyum sambil memandangi seluruh ruangan ini. ingatanku waktu disuruh membersihkan kamarnya kembali terputar diotakku, saat itu aku sangat kesal dibuatnya. Aku mengerutuki dirinya tiada henti, mulutku komat-kamit layaknya dukun. Tapi kenapa saat ini aku malah menertawai diriku sendiri?

Sudahlah, aku tidak usah lama-lama dikamar ini, lebih baik aku segera pergi ke bandara.
kutaruh selembar kertas ini diatas mejanya dengan ditipal sebuah pena. Dalam hati aku berharap ‘semoga mereka membacannya dan memaafkanku......’


Aku berjalan keluar dari rumah ini, rasanya berat sekali. langkahku terhenti didepan rumah ini. kubalikan badanku kebadan, memandangi rumah ini sekali lagi. letak pintu, jendela, bunga-bunga cantik yang menghiasi halaman depan rumah dan semua yang bisa aku lihat disini kurekam keotakku. Semoga memori ini terus tersimpan diotakku.




#Author POV
Young Ri sibuk menghubungi nomor Eunhee, sudah berkali-kali ia menghubungi yeoja itu namun tidak diangkat. Ia mondar-mandir didepan tempat tidurnya sambil sibuk menekan tombol hijau diponselnya.
“yak shin eunhee, kenapa kau tidak angkat telfonmu eoh?” ia mengerutu kesal.
Ia memutuskan panggilannya, ditatapnya kontak nama Eunhee sambil berkata
“apa yang terjadi? Jangan buat aku khawatir..” ia pun menghela nafas pendek.


Namun dibandara incheon, seorang gadis sedang duduk disebuah kursi besi sambil mengutak-atik ponselnya. Sedari tadi ia terus mengeser tombol merah untuk memutuskan panggilan telfon.
dicarinya kontak Young ri lalu dikirimnya sebuah pesan.

To: Young RI
Mianhe tidak bisa angkat telfonmu, aku sedang sibuk. mianhae :(

Send ~


Ia menghela nafas, entah sudah berapa kali ia melakukannya hari ini. dipandanginya pintu kedatangan luar negeri untuk menantikan seseorang. Namun sudah 1 jam tidak terlihat batang hidung orang yang dinantikannya.
“eoma, kau jadi datang tidak?” tanyanya.


~dreet~ *ada panggilan masuk diponsel Eunhee

Mata Eunhee terbelak, orang yang sedari ditunggu sedang menelefonnya. Dengan cepat Digesernya tombol hijau pada layar ponselnya, lalu ditempelkan ketelinganya

“eoma! Kapan eoma datang? Aku sudah menunggu disini satu jam lebih ” serunya
“mianhae, eoma tidak bisa datang kesana. Ada urusan penting disini.”
wajah eunhee terlihat sangat kecewa “eoma......”
“kalau besok eoma bisa. Besok saja ya...”
“aku maunya sekarang.”
“waeyo, sebenarnya ada apa Eunhee? Apa yang terjadi disana?” suara eoma eunhee meninggi, terdengar seperti orang khawatir
eunhee mengeleng “aniya eoma. Sudahlah, kalau eoma tidak bisa juga tidak apa-apa. tapi besok eoma datang eoh?”
“ne.. besok eoma datang. Yasudah, eoma kerja dulu changi-ah”
“ne..bye”

Eunhee menutup ponselnya, raut wajahnya terlihat murung.
‘sekarang bagaimana? Malam ini aku tinggal dimana? Tidak mungkin kalau tinggal dirumah Young Ri atau Jae in. Apa uangku cukup untuk sewa penginapan?’
Eunhee menundukan kepalanya, matanya menatap sendu lantai keramik putih bandara ini.


Langit malam menghiasi kota seoul, walaupun tidak ada bintang namun germerlap lampu malam hari sedikit menghiasi indahnya kota.
Eunhee keluar dari toko sepatu, ia baru saja menjual sepatunya. Kini ia jalan dengan bertelanjang kaki.
“kenapa sepatuku diberi harga murah sekali? ini bahkan kurang dari separuhnya.” Gerutunya.
“aish, bahkan uang ini tidak bisa kugunakan untuk beli sendal. Kalau aku beli sendal, mau tinggal dimana aku malam ini?”

Ia melirik ponsel yang ada digenggamannya “aku sayang padamu, aku tidak mau menjualmu” ia mencium ponsel itu dan menempelkannya pada pipinya.
“kaulah sahabatku.....”
Beberapa orang yang lewat memandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Penampilannya nampak kusut, seperti orang yang sedang depresi. Apalagi melihatnya sedang menciumi ponselnya sendiri memberi kesan kalau Eunhee yeoja gila.

Eunhee terus berjalan menelusuri jalan, masuk kegang-gang untuk mencari tempat penginapan yang murah. Sudah 30 menit lebih ia mencari namun tidak menemukannya.
Eunhee memegangi perutnya, cacing-cacing didalam sudah meminta diberi makan.
“aku lapar...” ucapnya pada diri sendiri. ia merogoh sakunya ditatapnya beberapa lembar uang itu.
“apa aku bisa memakainya sedikit? “ ia menatap sendu uangnya.
Ia kembali memasukan uang itu.”kalau sisa uangnya lebih, baru kubelikan makanan”

kakinya yang kurus terus melangkah melewati sepanjang jalan.
angin malam yang dingin semakin berhembus kencang seakan bisa menembus pori-pori kulit. Memberikan rasa ngilu kecil ditelapak tangannya. Eunhee mengosokan kedua tangannya dan menempelkannya dipipi, berusaha memberikan kehangatan walau nyatanya ia tidak merasakan kehangatan sedikitpun.


Tidak lama kemudian ia menemukan sebuah penginapan kecil, seperti sebuah rumah. Betapa senang hatinya, akhirnya setelah sekian lama ia menemukan penginapan juga. Ia mempercepat langkahnya, tak lama ia sampai disana.
~ Tok tok ~
Eunhee mengetuk pintu, tak lama dari itu keluar seorang ajjhuma mengenakan sweater tebal dan shall.
Eunhee tersenyum senang “annyeong, apa disini masih ada kamar kosong?”
ajjhuma itu mengangguk pelan “ne.”




Dilain tempat 2 orang namja masuk kedalam sebuah rumah besar dengan kendaraan motor pribadinya.
mereka berdua memasukan motornya kedalam bagasi. Keduanya saling membuang pandang. Sama sekali tidak mau bertatapan wajah apalagi berbicara untuk sekedar basa basi.

Tidak ada suara sama sekali dirumah ini, sepi. sangat sepi. hanya ada bunyi langkah kaki dari Eunhyuk dan Donghae. begitu masuk kedua mata namja ini berkeliling keseluruh ruangan. Mereka mengkerutkan keningnya seperti orang bingung, mata mereka menatap kelantai 2 lalu pergi kesana.
Eunhyuk menaiki anak tangga terlebih dahulu, matanya terus menatap sebuah pintu kamar yang tidak lain adalah kamar Eunhee.
Langkahnya terhenti tepat didepan kamarnya, ia melirik sekilas pintu kamar Eunhee kemudian masuk kedalamnya.

Sementara Donghae ia ada diruang makan, sejak masuk kedalam ia mencium aroma makanan yang tidak asing lagi dihidungnya. Ia membuka tudung saji, ia sedikit membelakan matanya begitu melihat makanan yang tidak asing lagi baginya.
ya, disana ada makanan seafood kesukaannya.
“kenapa makanannya masih banyak begini? Apa eunhee belum makan?” tanyanya.
“ah, lebih baik aku mandi dulu..baru makan”


Eunhyuk membanting dirinya kekasur, ia menghela nafas panjang. Ponselnya berdering, dengan malas ia mengambilnya dari saku celana.
“nomor siapa ini?” baru ia mau mengeser tombol hijau, ponselnya tiba-tiba mati.
“aish” gerutunya. Ia bangkit menuju meja belajar untuk men-charge.
Baru ia membuka loker, tangannya tertahan karena ia melihat selembar kertas disana.
Eunhyuk langsung mengambilnya “kertas apa ini?”



Donghae membuka pintu kamarnya, ia melepaskan sepatunya lalu melemparnya asal.
Ia melirik sekilas meja belajarnya, namun matanya langsung tertuju pada sebuah kertas dimeja belajarnya yang tidak jauh dari samping-tempat ia berdiri sekarang-.
rasa penasaran pada kertas itu membuat Donghae membatalkan niatkan kekamar mandi. Diambilnya lalu dibabaca kertas itu.




~Surat~
Untuk: Monyet Seoul, maksudku Eunhyuk-ssi...
Ah, aku tidak tahu harus mulai dari mana. Yang pasti aku mau minta maaf padamu.... Sungguh, aku tidak ada niat untuk menduakanmu apalagi mempermainkanmu. Semua itu terjadi begitu saja.
Jadi waktu itu-lebih tepatnya saat aku datang kerumah ini- kau memberikan pernyataan bahwa ‘aku ini milikmu’ saat itu aku tidak mengerti maksudmu apa. apa kau menjadikanku yeojachingumu atau pesuruhmu?
Pertanyaan itu terkadang ternyiang diotakku dan aku sendiri tidak menemukan jawabannya....

Kadang aku berfikir kalau aku ini memang yeojachingumu, tapi perlakuanmu selama ini suka mematahkannya. Kau selalu menyuruhku layaknya pesuruhmu, sesuka hatimu memerintahkanku untuk melakukan ini-itu. bahkan, aku sampai dibuat kesal dengan tingkah lakumu itu.



Tapi... kalau aku ini pesuruhmu, mengapa selama ini kau melakukan hal-hal manis padaku? terkadang ada perasaan aneh muncul secara tiba-tiba, tapi aku tidak tahu perasaan apa itu? ah, semua ini membuatku binggung. itu aneh bukan? Hahaha.. mungkin aku yang bodoh~

(cut)




To: Mokpo Fish, alias Donghae-ssi. ~~
Aku juga binggung mulai dari mana aku menjelaskan masalah ini. yang jelas, aku minta maaf padamu..aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu. aku juga tidak pernah membayangkan keadaannya akan jadi seperti ini.

Ya, ini adalah salahku. Aku tidak pernah memberitahumu dari awal. Jadinya perasaanmu dan Eunhyuklah yang jadi korban.
kalian ini sangat lucu, mengapa kalian bisa memberikan pernyataan dengan kata-kata yang sama? Dan dihari yang sama? Apa ini karena ikatan batin diantara kalian? Ya, mungkin saja.

Waktu itu-saat dihalaman belakang rumah- kau mengucapkan kalimat yang sama dengan Eunhyuk. bahwa ‘aku ini milikmu’ dan perasaanku waktu itu juga sama. ‘aku tidak mengerti maksudmu itu apa?’

Aku juga berfikir kalau aku ini Yeojachingumu. Ah, tapi itu mana mungkin? Seorang Lee Donghae menjadi namjachingu Shin Eunhee? Itu sangat ajaib. Bahkan orang lainpun tidak mempercayainya. Kau terlihat sempurna, sedangkan aku? aku ini tidak ada apa-apannya. Apa yang bisa dibanggakan dari seorang Shin Eunhee? Yang ada malah membuatmu malu dihadapan teman-temanmu.

Lagi pula perlakuanmu padaku sama sekali bukan perlakuan seorang namjachingu. Mana ada namjachingu menyuruh kekasihnya bersih-bersih kamar, menyiapkan makanan bahkan menyuruhnya mengurus tanaman yang sama sekali bukan miliknya?
makanya aku suka berfikir kalau statusku ini adalah ‘pesuruhmu’. Aku tidak marah kalau memang begitu statusku. Aku sudah tinggal gratis dirumahmu, hitung-hitung itu untuk balas budi..


Tapi nyatanya.. kau sangat marah begitu tahu kalau aku pasangannya Eunhyuk. waktu itu aku sadar kalau tanggapanku tentang statusku sebagai ‘pesuruhmu’ itu tidaklah benar. Tatapan matamu dan suaramu yang tegas & lantang ketika berkata ‘Kau Ini Milikku’ membuat tubuhku serasa jadi patung. Kau tahu, saat itu aku terkejut sekali. itu pertama kalinya aku melihatmu marah, apalagi karena salahku.....


(cut)


~paragraf terakhir, isnya sama ~


Tapi aku senang, aku senang bisa bertemu dengan kalian kembali. aku tidak menyangka bisa satu rumah dengan teman masa kecilku.
Banyak hal dan moment-moment indah yang kudapat selama ada disini.
Bagaimana kesalnya membangunkan kalian yang tidur sudah seperti kebo, ah, bahkan kalian jauh lebih parah dari kebo. Tapi kalau aku ingat kejadian itu aku suka tertawa sendiri.
Aku senang bisa merawat bunga angrek, menemani nonton kartun, membersihkan kamar yang habis dilanda badai, menyalin catatan dari papan tulis, pergi ketaman kota disore hari, belanja kemall, menyiapkan bahkan sampai memasakan makanan untuk kalian dengan tanganku sendiri. saat itu aku merasa seperti ibu yang sudah punya 2 anak.
yah, aku sadar kalau semua itu hanya sebentar. Tapi aku bahagia.......

Selama berada disini, aku jadi lebih mengenal kalian. Kalian berdua bukanlah anak yang nakal, kalian baik. Sangat baik. Tapi lebih baik lagi jika kalian berbaikan, bukankah lebih menyenangkan bisa akrab dengan saudara sendiri? bercerita dengannya, bermain bahkan menghabiskan waktu berdua itu sangatlah indah...

Ah, sepertinya surat ini sudah terlalu panjang. Lebih baik aku akhiri sekarang.

Monkey Seoul.... Mokpo Fish..... mianhae, Jeongmal mianhae..........

Sesuai dengan pernyataan kalian, ‘jika aku melanggar maka aku harus pergi dari rumah ini’
sekarang, aku akan tepati aturan itu. aku tidak akan tinggal lagi disini. aku sadar disini bukanlah tempatku, lingkunganku bukan disini tapi di Taiwan. Kalau disini, aku hanya akan menambah masalah, aku juga tidak mau menyusahkan kalian dan sahabatku Young Ri & Jae In......

Oh iya, aku sudah membuat makanan dan minuman untuk kalian. Ada seafood untuk Donghae, dan ice buah untuk Eunhyuk. tenang, ada pisangnya kok disana :D


Bye-Bye Monkey Seoul...... Mokpo Fish....... ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar